NIKMATNYA HIDUP

04/10/2013 13:40

Pada kesempatan ini, marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan apa saja perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hanya dengan cara itulah untuk memelihara, meningkatkat dan memperbaiki ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Selanjutnya, shalawat dan salam mari kita haturkan keharibaan Nabi Agung Muhammad Saw. Sebagaimana firman Allah SWT:

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang beriman, ucapkan shalawat dan salam atas Nabi (Muhammad) Saw.

 

Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan Al-Qur’an itulah yang menyebabkan para Sahabat, Tabiin, Tabiittabiin dan generasi Islam sepanjang masa mampu menikmati hidup di dunia yang sementara ini dengan sangat produktif dan penuh amal shaleh.

Ada perbedaan antara Generasi Qur’ani dengan Generasi yang tidak Qur’ani.

Generasi Qur’ani adalah generasi terbaik sepanjang zaman. Generasi yang mampu menginplementasikan antara ucapan, keyakinan dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap langkah hidupnya didasari Al-Qur’an.

Sedangkan Generasi yang tidak Qur’ani adalah merupakan generasi yang kontradiktif dan paradox. Dimana generasi ini adalah orang yang memiliki karakter, pemikiran dan prilakunya bertentangan dengan Al-Qur’an.

Pola fikir dan gaya hidup mereka hanya terfokus pada kehidupan dunia, kalaupun ada untuk akhirat, itupun hanya waktu sisa, harta sisa dan sisa-sisa ilmu serta tenaga.

Tidak diragukan lagi, hidupnya bagaikan hewan dan bahkan lebih rendah dan lebih sesat lagi. Orang-orang seperti ini, kendati di dunia secara formal sebagai muslim, hidup dilingkungan komunitas muslim, namun di akhirat kelak akan hina dan akan menjadi penghuni neraka jahannam, Naudzubillahimin dzaliq.  Allah menjelaskan :

لَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf : 179)

 

Agar kita dan generasi kita tidak seperti yang digambarkan dan diprediksi ayat di atas, haruslah hidup berpedoman pada ajaran Al Qur’an.

Al-Qur’an tidak hanya untuk dinikmati isi dan kandungannya oleh akal dan kecerdasan intelektualitas saja. Akan tetapi wajib diyakini, dipahami dan diimplementasikan isi dan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itulah, mengamalkan Al-Qur’an adalah kewajiban setiap muslim, agar Al-Qur’an benar-benar menjadi hidayah, rahmah, syifa’ dan tadzkirah bagi kita. Dan menjadikan Al-Qur’an sebagai النُّورُ (cahaya kehidupan), serta Al Qur’an sebagai The Way of Life yaitu petunjuk dalam menata kehidupan didunia ini.

 

Semoga Allah membantu dan menolong kita dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, agar kita merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Al-Qur’an dan mejadikan Al Qur’an sebagai dusturul hayah (sistem bagi kehidupan) kita.

Amin... amin... ya Rabbal ‘alamin …

 

بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ.